Klinik Mitra Medika Abadi Subang

Berita Utama

Peristiwa

Showbiz

Ad Placement

Berita Utama

Video

Rabu, 23 Maret 2022

Ketahui Gejala Varian Omicron dan Cara Menanganinya

Virus Corona varian Omicron merupakan jenis virus Corona yang baru saja ditemukan. Virus ini menimbulkan kekhawatiran di tengah masyarakat karena penularannya diketahui lebih cepat dan lebih mudah daripada varian lainnya. Namun, bagaimana dengan gejalanya?

Setelah COVID-19 varian Delta, kali ini muncul kembali COVID-19 varian baru, yaitu varian Omicron. Virus Corona varian Omicron pertama kali terdeteksi pada tanggal 26 November 2021 di Afrika Selatan. Hanya dalam waktu beberapa minggu, virus varian ini pun mulai ditemukan di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Ketahui Gejala Varian Omicron dan Cara Menanganinya

Dari berbagai data dan laporan yang sudah terkumpul, gejala COVID-19 varian Omicron diketahui cukup ringan dibandingkan COVID-19 varian lain, yaitu varian Delta. Namun, virus Corona varian Omicron ini tetap perlu diwaspadai karena tingkat penularannya tinggi.

Berbagai Gejala Varian Omicron

Sejumlah studi mengungkapkan bahwa gejala COVID-19 varian Omicron tidak jauh berbeda dengan gejala COVID-19 pada umumnya. Namun, penelitian lebih lanjut tentang COVID-19 varian Omicron masih perlu dilakukan untuk memastikan hal ini.

Ada beberapa gejala COVID-19 varian Omicron yang penting untuk Anda kenali, di antaranya:

  • Demam
  • Batuk
  • Pilek
  • Badan terasa lelah
  • Sakit kepala
  • Sakit tenggorokan
  • Nyeri otot
  • Gangguan pencernaan, misalnya mual, muntah, dan diare

COVID-19 varian Omicron juga berisiko menimbulkan gejala khas COVID-19 lain, seperti gangguan indra penciuman (anosmia) atau perasa (ageusia). Pada kasus tertentu, COVID-19 varian Omicron bisa menimbulkan gejala yang lebih berat, seperti sesak napas.

Namun, gejala ini lebih mungkin terjadi pada kelompok berisiko tinggi, seperti lansia, orang yang belum mendapatkan vaksin COVID-19, atau orang yang menderita penyakit komorbid.

Hal yang Perlu Dilakukan dalam Menghadapi Varian Omicron 

Berbagai institusi kesehatan, seperti Kementerian Kesehatan RI, CDC, dan WHO, menyatakan bahwa langkah pencegahan virus Corona penting dilakukan untuk mengurangi risiko penularan virus Corona varian Omicron.

Berikut ini adalah langkah pencegahan yang bisa Anda lakukan agar terhindar dari COVID-19 varian Omicron:

1. Menerapkan protokol kesehatan

Mengingat varian Omicron lebih cepat menular daripada varian Delta, penting bagi Anda untuk selalu menjalankan protokol kesehatan guna menekan risiko tertular infeksi virus Corona.

Sesuai dengan pernyataan Kementerian Kesehatan RI, protokol kesehatan yang perlu Anda lakukan adalah 5M, yaitu memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak fisik, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas.

2. Mendapatkan vaksin COVID-19

Pemberian vaksin COVID-19 dosis lengkap merupakan salah satu langkah penting yang bisa dilakukan sebagai upaya pencegahan COVID-19, termasuk COVID-19 varian Omicron.

Beberapa riset menyebutkan bahwa pemberian vaksin COVID-19 dapat memberikan perlindungan terhadap infeksi virus Corona varian Omicron dan mengurangi risiko seseorang terkena COVID-19 gejala berat akibat varian tersebut.

Selain vaksin dosis lengkap, pemberian vaksin booster COVID-19 juga dapat dilakukan untuk memaksimalkan efek perlindungan terhadap virus Corona.

Namun, vaksin tambahan ini lebih dianjurkan untuk diberikan kepada kelompok berisiko tinggi, seperti tenaga kesehatan, lansia, penderita penyakit komorbid, atau penderita imunodefisiensi.

3. Menjalankan pola hidup sehat

Gaya hidup tidak sehat, misalnya kurang tidur, jarang berolahraga, merokok, sering stres, dan mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan, diketahui bisa berdampak pada melemahnya imunitas tubuh. Saat imunitas tubuh melemah, Anda akan lebih rentan terserang penyakit, termasuk COVID-19.

Oleh karena itu, agar imunitas tubuh tetap kuat melawan infeksi bakteri dan virus, Anda perlu menjalani pola hidup sehat.

4. Mengonsumsi makanan bergizi

Beberapa penelitian mengemukakan bahwa konsumsi makanan bergizi yang kaya akan protein, vitamin, mineral, dan antioksidan dapat memperkuat sistem imunitas tubuh sehingga bisa mengurangi risiko Anda terkena COVID-19 varian jenis apa pun, termasuk Omicron, dan mencegah COVID-19 gejala berat.

Untuk menjaga daya tahan tubuh tetap kuat, Anda perlu mengonsumsi makanan bergizi, seperti telur, susu, ikan, kacang-kacangan, biji-bijian, dan berbagai jenis sayuran, misalnya brokoli, kale, dan bayam, dan juga buah-buahan, termasuk jambu biji, kiwi, dan jeruk.

5. Mengonsumsi buah tinggi vitamin C

Seperti yang telah disebutkan di atas, buah-buahan merupakan salah satu pilihan makanan yang baik untuk memperkuat daya tahan tubuh. Ini karena sebagian jenis buah banyak mengandung vitamin C. Nah, salah satu jenis buah yang kaya akan kandungan vitamin C adalah jambu biji.

Jambu biji merupakan salah satu jenis buah yang merupakan sumber vitamin C terbaik. Ini karena dalam 1 buah jambu biji berukuran sedang atau setara 55 gram, terkandung sekitar 125 gram vitamin C.

Tak hanya vitamin C, jambu biji juga tinggi kandungan vitamin A, mineral, dan antioksidan yang baik untuk menjaga sistem kekebalan tubuh tetap kuat melawan infeksi, termasuk infeksi virus Corona.

Manfaat jambu biji untuk menjaga sistem imun bisa Anda peroleh dengan mengonsumsi buahnya secara langsung atau dalam bentuk jus buah jambu asli yang dikemas secara higienis, sehingga lebih praktis dan mudah dikonsumsi.

Dengan mengenali gejala varian Omicron dan cara menanganinya, Anda diharapkan lebih tenang dan sigap dalam menghadapinya. Jangan lupa untuk selalu patuh terhadap protokol kesehatan guna memutus rantai penyebaran virus Corona. Anda juga bisa berkonsultasi dengan dokter bila masih memiliki pertanyaan seputar gejala COVID-19 varian Omicron.

Jumat, 30 Juli 2021

Inseminasi Buatan (IUI), Ini Proses dan Hal yang Harus Diketahui!

 

Apa itu inseminasi buatan?|Langkah-langkah prosedur inseminasi buatan|Efek samping inseminasi buatan|Apakah bisa langsung hamil setelah inseminasi buatan?|Kondisi yang memerlukan inseminasi buatan|Perbedaan inseminasi buatan dengan bayi tabung

 

Inseminasi buatan adalah salah satu terapi kesuburan bagi pasangan yang mengalami kesulitan untuk memiliki anak. Apa yang dimaksud dengan program inseminasi buatan dan apa saja proses atau langkah-langkahnya? Ketahui informasi lengkap di berikut ini.

 Apa itu inseminasi buatan?

 

Inseminasi buatan atau intrauterine insemination (IUI) adalah salah satu alternatif program hamil bagi Anda yang ingin memiliki anak. Metode ini dilakukan dengan cara menaruh sperma di dalam rahim seorang wanita untuk membantu proses pembuahan.

Tujuan dari metode inseminasi buatan adalah meningkatkan jumlah sperma yang berhasil sampai di tuba falopi. Melalui metode tersebut, diharapkan dapat meningkatkan kesempatan sel telur untuk dibuahi oleh sel sperma.

Namun, tidak semua orang dengan masalah kesuburan boleh menjalani prosedur ini.

 

Ada beberapa kondisi yang justru melarang Anda melakukan prosedur inseminasi buatan, seperti:

· Wanita yang memiliki masalah pada tuba falopi.

· Wanita yang pernah mengalami infeksi pada pelvis.

· Wanita yang pernah mengidap endometriosis

 

Sama seperti program bayi tabung, proses inseminasi ini akan berlangsung panjang dan memerlukan persiapan yang matang.

 

Langkah-langkah prosedur inseminasi buatan

Prosedur inseminasi buatan harus dijalani bersama dengan pasangan agar berjalan lancar.

Keduanya memiliki andil masing-masing agar kehamilan dapat terwujud. Simak penjelasan lengkap mengenai langkah-langkah prosedur inseminasi buatan di bawah ini.

 

1. Pemeriksaan kesehatan

Sebelum menjalani prosedur inseminasi buatan, yang harus Anda lakukan pertama kali adalah menemui dokter untuk melakukan pemeriksaan secara menyeluruh. Dalam tahap ini, dokter biasanya akan melakukan beberapa pemeriksaan. Pemeriksaan seperti tes kesuburan harus dilakukan bersama dengan pasangan untuk mengetahui kondisi kesuburan kedua belah pihak.

 

Kemungkinan, dokter akan memeriksa kondisi tuba falopi. Pasalnya, kesehatan tuba falopi menjadi salah satu kunci berhasil atau tidaknya inseminasi buatan.

Saluran penghubung antara ovarium dan rahim ini harus dalam kondisi terbuka (tidak tersumbat) dan sehat.

 

Tidak hanya itu, dokter juga akan menilai kadar hormon Anda dan pasangan untuk mengetahui apakah semua hormon berada pada angka yang normal.

Dokter juga akan memeriksa apakah rahim Anda cukup kuat sebagai tempat tinggal janin selama masa kehamilan nanti.

 

2. Stimulasi ovarium

Setelah melalui masa pemeriksaan kondisi kesehatan, kini saatnya Anda memasuki fase stimulasi ovarium.

Saat ini dokter akan memberikan obat kesuburan sambil memeriksa kondisi Anda secara rutin melalui ultrasound dan tes darah.

Obat kesuburan minum yang umumnya disarankan dokter pada saat prosedur IUI adalah clomid atau letrozole.

Clomid mendorong pelepasan hormon dari kelenjar pituitari yang merangsang tubuh untuk melepaskan hormon luteinizing (LH) dan hormon perangsang folikel. Hormon tersebut membantu mendorong pelepasan telur dan juga mendorong telur untuk matang. Namun, dokter mungkin juga memberikan Anda obat-obatan lain pada saat menjalani program inseminasi buatan. Misalnya, human chorionic gonadotropin (HCG) dalam sediaan injeksi. Ini merupakan replikasi hormon di dalam tubuh yang bisa memicu folikel ovarium wanita untuk melepaskan sel telur. Stimulasi ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah telur yang diproduksi ovarium. 

 

Semakin banyak telur yang bisa diambil dan dibuahi selama prosedur, semakin besar pula kesempatan Anda untuk hamil. Selama stimulasi ovarium ini, dokter akan memantau pertumbuhan dan perkembangan folikel dengan cara melakukan tes darah dan USG setiap beberapa hari.

 

Tes darah dilakukan untuk mengetahui kadar estradiol. Sementara itu, USG dilakukan untuk memastikan apakah Anda menghasilkan sel telur yang sehat atu tidak.

Pemantauan sangat penting dilakukan untuk menentukan seberapa banyak dosis obat, apakah perlu ditingkatkan atau diturunkan, serta menentukan kapan telur matang.

Maka dari itu, dokter bisa menentukan kapan waktu yang paling tepat untuk menyuntikkan sperma ke dalam tubuh agar terjadi pembuahan.

3. Mempersiapkan sperma

Langkah selanjutnya dari inseminasi buatan adalah persiapan sperma.

Dalam tahapan ini, pria akan memberikan sampel air mani atau bisa juga menggunakan donor sperma yang telah disiapkan. Sebelum disuntikkan ke dalam vagina, sampel sperma akan dicuci terlebih dahulu.

Proses pencucian sperma ini sebenarnya merupakan pemilihan sel sperma yang sehat dan tidak. Dalam proses ini, sperma yang sehat akan dipisahkan dengan sperma yang kualitasnya buruk.

Sperma yang baik adalah sperma yang memiliki konsentrasi dan motilitas (pergerakan) yang tinggi untuk mencapai telur. Proses pencucian sperma ini juga dilakukan untuk menghilangkan bahan kimia beracun yang mungkin akan bereaksi negatif oleh tubuh Anda. Sperma yang kurang bagus juga berpotensi mengganggu proses pembuahan sel telur.

Apabila sampel spema tidak terlalu banyak tetapi kualitasnya sempurna, proses pembuahan akan lebih mudah sehingga ada peluang terjadi kehamilan.

4. Memasukkan sperma

Proses inseminasi buatan akan dilakukan pada masa subur atau ovulasi.

Biasanya sekitar 24-36 jam setelah lonjakan hormon LH yang mengindikasikan ovulasi akan segera terjadi.

Saat sel sperma telah siap, proses inseminasi akhirnya bisa dimulai. Biasanya, proses ini membutuhkan waktu selama 1-2 jam.

Dokter akan memasukkan kateter yang sangat kecil, ramping, dan juga fleksibel ke dalam rahim melalui vagina dan leher rahim Anda.

Jika alat tersebut telah sampai di dalam rahim, dokter akan melepaskan sel sperma dengan harapan sel tersebut berhasil membuahi sel telur.

Proses inseminasi buatan ini disebut-sebut tidak menyebabkan rasa sakit, meski Anda mungkin akan merasa sedikit kram selama menjalani proses tersebut.

Rasa kram yang dirasakan mungkin mirip dengan kram yang timbul saat menjalani pemeriksaan pap smear.

Dokter mungkin akan menyarankan Anda agar tetap berbaring beberapa saat setelah proses inseminasi buatan selesai.

Tidak perlu khawatir sperma akan bocor keluar saat berdiri, karena sperma sudah dialihkan langsung ke rahim dan tinggal menunggu hasilnya.

Mengingat Anda akan berbaring sejenak selama prosesnya, akan lebih baik jika didampingi.

Dukungan dari orang terdekat mungkin bisa membuat Anda lebih tenang selama program inseminasi buatan ini.

Efek samping inseminasi buatan

Sebenarnya, proses inseminasi buatan ini tergolong minim risiko. Meski demikian, bukan berarti tidak ada risiko yang mungkin terjadi setelah menjalaninya.

Berikut ini adalah beberapa kemungkinan risiko setelah prosedur inseminasi buatan:

1. Infeksi

Saat menjalani program inseminasi buatan, ada kemungkinan Anda mengalami infeksi. Namun, kemungkinannya sangatlah kecil, bahkan hampir tidak mungkin.

Akan tetapi sekecil apa pun peluangnya risiko ini tetap perlu Anda pahami.

2. Timbul bercak darah

Bercak darah bisa terjadi di tengah menjalani proses inseminasi buatan.

Kondisi ini bisa terjadi saat dokter memasukkan kateter ke dalam rahim, sehingga menyebabkan pendarahan ringan di area vagina.

Meski begitu, Anda tidak perlu khawatir. Kondisi tersebut tidak memiliki dampak buruk terhadap kesempatan Anda untuk hamil.

3. Hamil anak kembar

Kondisi ini sebenarnya tidak masuk ke dalam efek samping melainkan hal yang bisa terjadi setelah inseminasi buatan.

Artinya, jika Anda berhasil hamil melalui metode ini, Anda mungkin akan hamil anak kembar; bisa kembar dua, tiga, atau bahkan lebih.

Namun, dokter juga akan berusaha untuk mengontrol dosis obat yang diberikan demi mencegah pelepasan sel telur yang berlebihan dalam satu waktu.

 

 

Apakah bisa langsung hamil setelah inseminasi buatan?

 

Setelah menjalani program inseminasi buatan, Anda akan membutuhkan waktu kurang lebih dua minggu untuk menunggu hasilnya. Selama menunggu hasil dari prosedur, lakukanlah kegiatan sehari-hari untuk menghindari stres dan perasaan tertekan.

Sebaiknya, jangan melakukan tes kehamilan sebelum proses inseminasi selesai untuk menghindari hasil yang tidak sesuai, seperti:

Salah-negatif

Hasil ini mungkin Anda dapatkan jika hormon kehamilan belum pada tingkat yang terukur. Walaupun negatif, tetapi hasil dari inseminasi buatan tersebut belum tentu benar.

Artinya, hasil yang seharusnya Anda dapatkan adalah positif hamil, tetapi tubuh justru menunjukkan kondisi berbeda.

Salah-positif

Hasil dari inseminasi buatan ini berarti Anda mendapatkan hasil positif, padahal sebenarnya negatif hamil. Ini bisa terjadi karena efek dari obat penghasil ovulasi seperti HCG masih beredar di dalam tubuh.

Oleh karena itu, tubuh mengindikasikan kehamilan. Padahal, saat itu Anda tidak sedang hamil.

Setelah melakukan pemeriksaan kehamilan sendiri, dokter mungkin akan meminta Anda untuk kembali menemuinya sekitar dua minggu.

Anda akan diminta untuk melakukan tes darah, yaitu tes yang lebih sensitif dalam mendeteksi hormon kehamilan setelah pembuahan dan melakukan test USG

 

Kondisi yang memerlukan inseminasi buatan

Dikutip dari American Pregnancy Association, tingkat keberhasilan inseminasi buatan apabila dilakukan secara rutin mencapai 20%. Apalagi, program kehamilan ini tidak memerlukan pembedahan khusus.

Berikut beberapa kondisi tertentu yang memerlukan proses inseminasi buatan agar cepat hamil, seperti:

1. Pasien dengan donor sperma

Ada beberapa wanita yang ingin memiliki anak dari rahimnya sendiri, meski tidak melakukan hubungan seksual.

Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah inseminasi buatan.

Biasanya, wanita ini akan menggunakan bantuan donor sperma dari laboratorium terpercaya.

2. Infertilitas yang tidak diketahui penyebabnya

Tidak semua masalah kesuburan wanita bisa diketahui penyebabnya. Ada pula yang mengalami kemandulan tanpa alasan yang jelas.

Maka, Anda mungkin bisa melakukan program inseminasi buatan untuk memiliki anak dari rahim sendiri. Prosedur ini sering kali digunakan sebagai salah satu jenis perawatan bagi orang yang mengalami kemandulan tanpa alasan. Biasanya, proses dibarengi dengan penggunaan obat-obatan untuk merangsang ovulasi.

3. Riwayat endometriosis

Biasanya, wanita yang pernah mengalami endometriosis cenderung berpotensi susah hamil.

Sebelum melakukan proses inseminasi buatan, Anda bisa menggunakan obat-obatan untuk merangsang produksi sel telur yang berkualitas.

4. Infertilitas pada pria

Tidak semua masalah sulit hamil berasal dari wanita. Kondisi ini mungkin juga disebabkan karena masalah kesuburan pada pria. Jika hasil analisis sperma yang dijalani oleh pasangan ternyata menunjukkan kondisi yang kurang baik, Anda bisa menjalani prosedur ini. Kondisi yang kurang baik ini bisa berupa kelainan sperma. Maka dari itu, prosedur ini akan membantu memilah-milah sperma yang berkualitas dan yang kurang berkualitas.

5. Masalah serviks atau leher rahim

Serviks atau leher rahim yang berada pada bagian bawah uterus adalah penghubung antara vagina dan uterus. Lendir yang diproduksi oleh serviks atau leher rahim pada saat proses ovulasi terjadi membantu sperma untuk lebih mudah masuk dari vagina menuju tuba falopi. Akan tetapi, jika lendir serviks terlalu kental, lendir tersebut akan menghalangi perjalanan sperma menuju tuba falopi.

Bahkan, leher rahim mungkin akan menghalangi sel sperma untuk bertemu dengan sel telur, sehingga tidak terjadi pembuahan. Sementara itu, prosedur inseminasi buatan tidak perlu melalui leher rahim dan bisa langsung mengirimkan sperma ke uterus.

6. Masalah ovulasi

Penyebab wanita susah hamil lainnya adalah masalah ovulasi. Biasanya, masalah ini terjadi karena produksi sel telur berkurang drastis.

7. Alergi air mani

Meskipun ini adalah kondisi yang amat jarang terjadi, tidak menutup kemungkinan bahwa seorang wanita mengalami alergi terhadap air mani.

Dikutip dari Mayo Clinic, alergi terjadi ketika proses ejakulasi menyebabkan tanda kemerahan, sensasi terbakar, hingga pembengkakan. Khususnya, saat air mani mengenai kulit wanita.

Di samping berbagai kondisi di atas, ada beberapa kondisi lain yang bisa menjadi alasan mengapa Anda perlu melakukan prosedur inseminasi buatan, di antaranya:

·  Pasien tidak bisa melakukan hubungan seks melalui vagina karena kondisi kesehatan yang dimiliki.

·  Tidak memungkinkan untuk hamil, contohnya mengidap HIV.

·   Pasangan Anda tidak bisa ejakulasi.

Perbedaan inseminasi buatan dengan bayi tabung

Bayi tabung dan inseminasi buatan adalah dua cara yang bisa dipilih supaya bisa cepat hamil. Terutama jika Anda atau pasangan memiliki masalah kesuburan dan sistem reproduksi. Namun, ada perbedaan antara inseminasi buatan dan bayi tabung yang perlu Anda pahami, di antaranya adalah:

1. Proses yang berbeda

Inseminasi buatan adalah prosedur yang dilakukan dengan menanamkan sperma langsung ke dalam rahim wanita untuk mempercepat pembuahan.

Hal ini dilakukan bagi pasangan yang mempunyai masalah kualitas sperma yang rendah.

Sementara bayi tabung adalah proses ovarium dirangsang untuk memproduksi banyak telur yang kemudian diekstrasi dari rahim melalui penyedotan.

Program bayi tabung dilakukan bukan hanya karena kualitas sperma yang rendah, tetapi juga karena tuba falopi yang lengket dan lain-lain.

Pada IUI, pembuahan tetap terjadi dalam tubuh ibu sedangkan pada bayi tabung, pembuahan dilakukan di laboratorium.

2. Tingkat keberhasilan dan risiko

Inseminasi buatan juga merupakan prosedur yang singkat dan relatif tidak menyakitkan. Namun, tingkat keberhasilannya lebih kecil dibandingkan dengan bayi tabung.

Walaupun proses bayi tabung menggunakan teknologi yang lebih canggih dan keberhasilanya lebih besar, risikonya pun lebih tinggi. Pasalnya pada prosedur bayi tabung infeksi, pendarahan, atau gangguan pada organ lainnya lebih mungkin terjadi.

 

 

Referensi : Hellosehat.com

 

Intermezzo

Travel

Teknologi